Penulis: Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA
Penerbit: Pustaka Firdaus
Tebal: xiv + 208 halaman
Harga: Rp 33.000
Sinopsis:
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa, di samping al-Qur'an,
umat Islam menyandarkan perilaku keagamaannya kepada hadis Nabi Saw. Secara
sederhana, yang dimaksud hadis adalah segala jenis laporan yang disandarkan (udhifa)
kepada Nabi. Siapa yang menyandarkan laporan kepada Nabi? Ya, para sahabat dan
generasi sesudahnya bahkan hingga saat ini.
Ketika disebut “disandarkan”, maka kata ini meniscayakan
adanya proses kepengarangan (authorship) berita tentang Nabi. Oleh sebab
adanya proses kepengarangan, para ulama kemudian bersepakat: bahwa tidak semua
hadis akurat dan sahih. Sebagai tindaklanjut dari kesepakatan ini, para ulama
lantas menyusun Ulumul Hadis, yakni kompilasi metode-metode pengujian kualitas
hadis, baik dari aspek rangkaian informan (sanad/isnad) atau dari aspek konten
informasi tentang Nabi saw. (matan).
Tentu saja, tidak semua orang bertanggungjawab terhadap
kualitas informasi yang disampaikannya. Bisa jadi, dengan dilandasi oleh
keculasan hati, orang bisa bertindak tega: berdusta atas nama Nabi dengan
sengaja mengarang cerita tentang beliau. Bisa jadi juga, ada orang yang, karena
tidak tahu, menyebarkan informasi tentang Nabi, meski kualitas informasi
tersebut ternyata palsu.
Hadis tentang anjuran menuntut ilmu hingga ke Cina,
misalnya, setelah dilakukan uji sahih, ternyata tidak bersumber dari Nabi. Yang
fatal, hadis ini justru telah menyebar dan sangat populer di kalangan umat
Islam di Tanah Air.
Kiranya banyak sekali informasi populer yang disandarkan
pada Nabi Ssaw namun jauh dari akurat. Contoh lain yang bisa disebut di sini
adalah hadis tentang anjuran bersikap sombong kepada orang yang sombong.
Seperti yang disebut oleh Ali Mustafa Yaqub, hadis anjuran sombong ini sama
sekali bukan hadis, melaikan sekedar ujaran populer yang, entah kapan dan oleh
siapa, disandarkan kepada Nabi.
Demikianlah sekelumit contoh hadis-hadis palsu yang pupoler
di tengah masyarakat. Karena hadis adalah informasi tentang Nabi, tentu akan
lebih elok jika kita berhati-hati menyebarkan hadis. Kita bisa mengecek
terlebih dahulu dengan bertanya kepada ahli hadis perihal kualitas suatu hadis
sebelum didistribusikan. Ibarat makanan, hadis yang tidak memiliki kualitas
sahih, bisa menjadi penyebab sakit di masyarakat. Di sinilah signifikansi buku
tulisan Ali Mustafa Yaqub, Hadis-Hadis Bermasalah, menjadi baik untuk
dibaca.
Dua contoh yang saya sebut di atas tadi hanyalah bagian kecil
dari 32 hadis yang populer namun bermasalah, di mana semuanya dibahas di buku
tersebut. Di sajikan dengan bahasa sederhana dengan sesekali berpijak pada
kasus-kasus yang terjadi di tengah masyarakat muslim di Tanah Air, Yaqub
menjelaskan kualitas hadis-hadis yang dibedahnya, baik dari aspek sanad maupun
matannya. Dan, naam, walaupun masih menggunakan pola konvensional dalam tradisi
kritik hadis, apa yang dilakukan oleh Ali Mustafa Yaqub di buku ini
pantas dijadikan bacaan yang dianjurkan bagi umat Islam pada umumnya, terutama
bagi mereka yang gemar menyandarkan tindak-tanduk kesehariannya kepada apa yang
dilakukan oleh Nabi Saw, namun tidak memiliki kemampuan khusus dalam melakukan
proses uji kesahihan hadis.
Walakhir, sebagai salah seorang ahli di bidang studi hadis
di Indonesia, buku karya Ali Mustafa Yaqub di atas patut dinilai sebagai buku
yang menyehatkan pembacanya. Ya, semua buku itu baik. Tetapi, tidak semua buku
menyehatkan kita.
Berminat, hubungi SMS online di 0856 4241 1919
0 komentar:
Posting Komentar